Alkisah
tentang jokotole, Pada suatu ketika waktu Jokotole bergelar Pangeran
Setyodiningrat III memegang pemerintahan di Sumenep kurang lebih 1415 th,
datanglah musuh dari negeri Cina yang dipimpin oleh Sampo Tua Lang dengan berkendaraan
kapal yang dapat berjalan di atas Gunung di antara bumi dan langit.
Didalam peperangan itu Pangeran Setyoadiningrat III mengendarai kuda terbang
sesuai petunjuk dari pamannya (Adirasa), pada suatu saat ketika mendengar suara
dari pamannya yang berkata "pukul" maka Jokotole menahan kekang
kudanya dengan keras sehingga kepala dari kuda itu menoleh kebelakang dan ia
sendiri sambil memukulkan cambuknya yang mengenai Dempo Awang beserta perahunya
sehingga hancur luluh ketanah tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan),
Bangkalan. Sementara Piring Dampo Awang jatuh di Ujung Piring yang sekarang
menjadi nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di
Desa/Kecamatan Socah
Dengan kejadian inilah maka kuda terbang yang menoleh kebelakang dijadikan
lambang bagi daerah Sumenep, sebenarnya sejak Jokotole bertugas di Majapahit
sudah memperkenalkan lambang kuda terbang.
Alkisah Raden Patah, pendiri
Kerajaan Demak, memiliki putera sulung bernama Pati Unus yang kemudian
menggantikannya menjadi Raja Demak ke-2. Pati Unus dikenal sebagai Pangeran
Sabrang Lor karena memimpin armada menyebrang Laut Jawa menuju Malaka untuk mengusir
Portugis, namun ia gugur dalam pertempuran itu.
Sepeninggal
Pati Unus, terjadi perebutan tahta antara Raden Trenggana, adik kandung Pati
Unus yang lahir dari permaisuri, dan Raden Kikin yang lahir dari garwa ampeyan,
putri Adipati Jipang. Dalam perseteruan itu, Raden Kikin dibunuh di tepi kali
seusai sembahyang Jumat oleh Ki Surayata dengan menggunakan Keris Kiai Setan
Kober. Ki Surayata adalah orang suruhan Raden Mukmin, putera sulung Raden
Trenggana. Raden Kikin kemudian dikenal sebagai Pangeran Sekar Seda Lepen,
karena meninggal di tepi kali.
Sultan
Trenggana memerintah Demak tahun 1521 – 1546. Pada masanya muncul tokoh Jaka
Tingkir, yang kemudian menikahi puteri Trenggana bernama Ratu Mas Cempaka, dan
Sultan Trenggana lalu mengangkat Jaka Tingkir menjadi Adipati Pajang bergelar
Adipati Hadiwijaya.
Sepeninggal
Sultan Trenggana, Raden Mukmin menjadi Raja Demak dan memindahkan pusat
kerajaan dari Bintoro ke perbukitan Prawoto, sehingga dikenal sebagai Sunan
Prawoto. Namun belum lama memerintah, putera Pangeran Sekar Seda Lepen yang
bernama Arya Penangsang, membalas dendam atas kematian ayahnya dengan mengutus
orang bernama Rangkud ke Prawoto pada tahun 1549, dan berhasil membunuh Sunan
Prawoto di kamar tidurnya.
Selanjutnya
terjadi perebutan kekuasaan antara Arya Penangsang dengan Adipati Hadiwijaya,
yang mendapat dukungan dari Ratu Kalinyamat (adik Sunan Prawoto, yang suaminya
juga dibunuh oleh Arya Penangsang) dan Arya Pangiri, putera Sunan Prawoto.
Namun karena
Arya Penangsang dan Hadiwijaya sama-sama murid Sunan Kudus, Hadiwijaya segan
memeranginya langsung, sehingga membuat sayembara untuk membunuh Arya
Penangsang. Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi mengikuti sayembara itu. Dalam
pertempuran Pajang melawan Jipang, Ki Gede Pemanahan menugaskan Sutawijaya,
anaknya, untuk menghadapi Arya Penangsang. Sutawijaya pun dibekali oleh Adipati
Hadiwijaya dengan tombak pusaka Kyai Plered yang sangat ampuh.
Singkat
cerita, Arya Penangsang tewas saat kerisnya yang bernama Kyai Setan Kober
ditarik dari wrangka olehnya dengan maksud menghabisi Sutawijaya, namun justru
memotong ususnya sendiri yang terburai terkena tusukan tombak Kyai Plered
Sutawijaya. Tewasnya Arya Penangsang konon karena menyeberang Kali Opak,
pantangan yang seharusnya tidak dilakukannya sesuai pesan Sunan Kudus, yang
mengakibatkan ilmu kebalnya luntur.
Adalah Ki
Juru Martani, kakak ipar Ki Gede Pemanahan, yang mengatur taktik agar dalam
pertempuran itu Sutawijaya naik kuda betina, sehingga kuda jantan Arya
Penangsang yang bernama Gagak Rimang menjadi berahi, tidak terkendali, dan
membawa Arya Penangsang menyeberangi Kali Opak.
Sebagai
penghargaan atas terbunuhnya Arya Penangsang, Adipati Hadiwijaya yang kemudian
menjadi Sultan Pajang, menghadiahkan Pati kepada Ki Penjawi, dan Alas Mentaok
kepada Ki Gede Pemanahan, dimana kemudian berdiri Kerajaan Mataram.
Alkisah, tersebutlah seorang Raja
Mataram bernama Sultan Agung. Suatu saat, Sultan Agung
mendapat petunjuk gaib untuk memperkerjakan seorang abdi bernama Ki Bodho agar Kerajaan Mataram sejahtera.
Segeralah
Sultan Agung memerintahkan abdi-abdinya untuk mencari Ki Bodho. Singkat cerita,
Ki Bodho diketemukan dan menghadaplah ia ke Sultan Agung. Oleh sebab Ki Bodho
ini memang bodoh (duh!) maka mulanya ia menolak ketika Sultan Agung meminta
dirinya menjadi abdi. Namun, setelah dibujuk-bujuk akhirnya Ki Bodho bersedia.
Sultan Agung
kemudian meminta saran Ki Bodho untuk mensejahterakan Kerajaan Mataram. Ki
Bodho pun mengusulkan agar Kerajaan Mataram memelihara seekor kuda sembrani. Konon, kuda sembrani hanya
terdapat di Mekkah. Namun, bukan masalah bagi Sultan Agung yang memang sakti
untuk mendapatkannya. Semenjak itu, Ki Bodho diserahkan tugas merawat kuda
sembrani.
Suatu saat,
kuda sembrani itu lolos dari kandangnya. Gusti Ratu Puteri–permaisuri Sultan Agung
–mengetahuinya dan lantas berlari mengejarnya. Namun, karena kuda sembrani itu
lincah dan bisa terbang, maka Gusti Ratu Puteri tidak sanggup mengimbanginya.
Ditambah lagi, sewaktu itu Gusti Ratu Puteri sedang hamil.
Di dekat
sebuah gunung, Gusti Ratu Puteri menghentikan larinya. Di tempat itu pula
gugurlah kandungannya. Gusti Ratu Puteri lantas sedih bukan kepalang. Di tengah
kesedihannya itu muncullah seorang wanita cantik yang memperkenalkan dirinya
sebagai Ratu Permoni. Ia menjanjikan bisa menangkap
kembali kuda sembrani asalkan Gusti Ratu Puteri memenuhi permintaannya.
Tanpa pikir
panjang, Gusti Ratu Puteri mengiyakan permintaan Ratu Permoni. Oleh Ratu
Permoni, diperintahkannya Gusti Ratu Puteri untuk kembali ke keraton Mataram.
Tak disangka, sesampainya Gusti Ratu Puteri di keraton, ia menemukan kuda
sembrani terikat di kandangnya.
Siapa
sangka, sebenarnya Ratu Permoni tak lain adalah Ratu Pantai Selatan dan
permintaannya adalah menjadi istri dari Sultan Agung (dan mungkin seluruh raja
Kerajaan Mataram).
Sumber :
" You can get a lot of inspiration from this page, also visit my website
ReplyDeleteSAGATOTO"