Friday, April 5, 2013

Cerita Kuda SEMBRANI dalam berbagai ragam


Alkisah tentang jokotole, Pada suatu ketika waktu Jokotole bergelar Pangeran Setyodiningrat III memegang pemerintahan di Sumenep kurang lebih 1415 th, datanglah musuh dari negeri Cina yang dipimpin oleh Sampo Tua Lang dengan berkendaraan kapal yang dapat berjalan di atas Gunung di antara bumi dan langit.
Didalam peperangan itu Pangeran Setyoadiningrat III mengendarai kuda terbang sesuai petunjuk dari pamannya (Adirasa), pada suatu saat ketika mendengar suara dari pamannya yang berkata "pukul" maka Jokotole menahan kekang kudanya dengan keras sehingga kepala dari kuda itu menoleh kebelakang dan ia sendiri sambil memukulkan cambuknya yang mengenai Dempo Awang beserta perahunya sehingga hancur luluh ketanah tepat di atas Bancaran (artinya, bâncarlaan), Bangkalan. Sementara Piring Dampo Awang jatuh di Ujung Piring yang sekarang menjadi nama desa di Kecamatan Kota Bangkalan. Sedangkan jangkarnya jatuh di Desa/Kecamatan Socah
Dengan kejadian inilah maka kuda terbang yang menoleh kebelakang dijadikan lambang bagi daerah Sumenep, sebenarnya sejak Jokotole bertugas di Majapahit sudah memperkenalkan lambang kuda terbang.


Alkisah Raden Patah, pendiri Kerajaan Demak, memiliki putera sulung bernama Pati Unus yang kemudian menggantikannya menjadi Raja Demak ke-2. Pati Unus dikenal sebagai Pangeran Sabrang Lor karena memimpin armada menyebrang Laut Jawa menuju Malaka untuk mengusir Portugis, namun ia gugur dalam pertempuran itu.
Sepeninggal Pati Unus, terjadi perebutan tahta antara Raden Trenggana, adik kandung Pati Unus yang lahir dari permaisuri, dan Raden Kikin yang lahir dari garwa ampeyan, putri Adipati Jipang. Dalam perseteruan itu, Raden Kikin dibunuh di tepi kali seusai sembahyang Jumat oleh Ki Surayata dengan menggunakan Keris Kiai Setan Kober. Ki Surayata adalah orang suruhan Raden Mukmin, putera sulung Raden Trenggana. Raden Kikin kemudian dikenal sebagai Pangeran Sekar Seda Lepen, karena meninggal di tepi kali.
Sultan Trenggana memerintah Demak tahun 1521 – 1546. Pada masanya muncul tokoh Jaka Tingkir, yang kemudian menikahi puteri Trenggana bernama Ratu Mas Cempaka, dan Sultan Trenggana lalu mengangkat Jaka Tingkir menjadi Adipati Pajang bergelar Adipati Hadiwijaya.
Sepeninggal Sultan Trenggana, Raden Mukmin menjadi Raja Demak dan memindahkan pusat kerajaan dari Bintoro ke perbukitan Prawoto, sehingga dikenal sebagai Sunan Prawoto. Namun belum lama memerintah, putera Pangeran Sekar Seda Lepen yang bernama Arya Penangsang, membalas dendam atas kematian ayahnya dengan mengutus orang bernama Rangkud ke Prawoto pada tahun 1549, dan berhasil membunuh Sunan Prawoto di kamar tidurnya.
Selanjutnya terjadi perebutan kekuasaan antara Arya Penangsang dengan Adipati Hadiwijaya, yang mendapat dukungan dari Ratu Kalinyamat (adik Sunan Prawoto, yang suaminya juga dibunuh oleh Arya Penangsang) dan Arya Pangiri, putera Sunan Prawoto.
Namun karena Arya Penangsang dan Hadiwijaya sama-sama murid Sunan Kudus, Hadiwijaya segan memeranginya langsung, sehingga membuat sayembara untuk membunuh Arya Penangsang. Ki Gede Pemanahan dan Ki Penjawi mengikuti sayembara itu. Dalam pertempuran Pajang melawan Jipang, Ki Gede Pemanahan menugaskan Sutawijaya, anaknya, untuk menghadapi Arya Penangsang. Sutawijaya pun dibekali oleh Adipati Hadiwijaya dengan tombak pusaka Kyai Plered yang sangat ampuh.
Singkat cerita, Arya Penangsang tewas saat kerisnya yang bernama Kyai Setan Kober ditarik dari wrangka olehnya dengan maksud menghabisi Sutawijaya, namun justru memotong ususnya sendiri yang terburai terkena tusukan tombak Kyai Plered Sutawijaya. Tewasnya Arya Penangsang konon karena menyeberang Kali Opak, pantangan yang seharusnya tidak dilakukannya sesuai pesan Sunan Kudus, yang mengakibatkan ilmu kebalnya luntur.
Adalah Ki Juru Martani, kakak ipar Ki Gede Pemanahan, yang mengatur taktik agar dalam pertempuran itu Sutawijaya naik kuda betina, sehingga kuda jantan Arya Penangsang yang bernama Gagak Rimang menjadi berahi, tidak terkendali, dan membawa Arya Penangsang menyeberangi Kali Opak.
Sebagai penghargaan atas terbunuhnya Arya Penangsang, Adipati Hadiwijaya yang kemudian menjadi Sultan Pajang, menghadiahkan Pati kepada Ki Penjawi, dan Alas Mentaok kepada Ki Gede Pemanahan, dimana kemudian berdiri Kerajaan Mataram.

Alkisah, tersebutlah seorang Raja Mataram bernama Sultan Agung. Suatu saat, Sultan Agung mendapat petunjuk gaib untuk memperkerjakan seorang abdi bernama Ki Bodho agar Kerajaan Mataram sejahtera.

Segeralah Sultan Agung memerintahkan abdi-abdinya untuk mencari Ki Bodho. Singkat cerita, Ki Bodho diketemukan dan menghadaplah ia ke Sultan Agung. Oleh sebab Ki Bodho ini memang bodoh (duh!) maka mulanya ia menolak ketika Sultan Agung meminta dirinya menjadi abdi. Namun, setelah dibujuk-bujuk akhirnya Ki Bodho bersedia.

Sultan Agung kemudian meminta saran Ki Bodho untuk mensejahterakan Kerajaan Mataram. Ki Bodho pun mengusulkan agar Kerajaan Mataram memelihara seekor kuda sembrani. Konon, kuda sembrani hanya terdapat di Mekkah. Namun, bukan masalah bagi Sultan Agung yang memang sakti untuk mendapatkannya. Semenjak itu, Ki Bodho diserahkan tugas merawat kuda sembrani.

Suatu saat, kuda sembrani itu lolos dari kandangnya. Gusti Ratu Puteri–permaisuri Sultan Agung –mengetahuinya dan lantas berlari mengejarnya. Namun, karena kuda sembrani itu lincah dan bisa terbang, maka Gusti Ratu Puteri tidak sanggup mengimbanginya. Ditambah lagi, sewaktu itu Gusti Ratu Puteri sedang hamil.

Di dekat sebuah gunung, Gusti Ratu Puteri menghentikan larinya. Di tempat itu pula gugurlah kandungannya. Gusti Ratu Puteri lantas sedih bukan kepalang. Di tengah kesedihannya itu muncullah seorang wanita cantik yang memperkenalkan dirinya sebagai Ratu Permoni. Ia menjanjikan bisa menangkap kembali kuda sembrani asalkan Gusti Ratu Puteri memenuhi permintaannya.

Tanpa pikir panjang, Gusti Ratu Puteri mengiyakan permintaan Ratu Permoni. Oleh Ratu Permoni, diperintahkannya Gusti Ratu Puteri untuk kembali ke keraton Mataram. Tak disangka, sesampainya Gusti Ratu Puteri di keraton, ia menemukan kuda sembrani terikat di kandangnya.

Siapa sangka, sebenarnya Ratu Permoni tak lain adalah Ratu Pantai Selatan dan permintaannya adalah menjadi istri dari Sultan Agung (dan mungkin seluruh raja Kerajaan Mataram).

Sumber :

1 comment:

  1. " You can get a lot of inspiration from this page, also visit my website
    SAGATOTO"

    ReplyDelete